Normal People

"Sungguh aneh merasakan dirinya sepenuhnya di bawah kendali orang lain, tetapi juga betapa biasa. Tidak ada yang bisa mandiri sepenuhnya dari orang lain, jadi mengapa tidak menyerah, pikirnya, lari ke arah lain, bergantung pada orang untuk segalanya, biarkan mereka bergantung pada anda, mengapa tidak?" Popularitas adalah belenggu. Setidaknya, itu yang dirasakan oleh Connel, cowok paling populer di sekolah. Ia selalu saja sibuk mencemaskan pendapat orang lain tentang dirinya. Dia bahkan tidak berani mengakui hubungannya dengan Marriane, cewek yang dianggap aneh oleh teman-temannya. Padahal hanya bersama Marriane, Connel bisa menjadi dirinya sendiri dan menikmati waktu. Akan tetapi, semuanya berubah ketika memasuki dunia perkuliahan. Mereka berdua belajar di Trinity College di Dublin. Marianne telah menemukan posisinya di dunia sosial baru sementara Connell menggantung di sela-sela, pemalu dan tidak pasti. Keadaan menjadi berbalik. Connell terabaikan di lingkaran pergaulan dunia kampus. Di sisi lain, Marianne justru menjadi begitu populer. Ia banyak diundang ke pesta-pesta serta perkumpulan elite sudah menjadi jadwal Marianne. Hingga akhirnya hubungan mereka memasuki fase baru. Babak baru yang lebih rumit. Terdapat trauma, kecemasan, hingga penyangkalan diri yang selalu mengusik. Normal People meramu konflik psikologis secara apik bersama segala persoalan tentang kelas, cinta pertama, dan kompleksitas hubungan dalam keluarga dan pertemanan. Membaca novel yang dinobatkan sebagai karya klasik abad 21 ini, kita akan dibawa menikmati sensasi menjadi muda dan mabuk kepayang karena cinta.