Nyonya Dalloway berkata dia akan membeli bunganya sendiri, karena Lucy mempunyai pekerjaan yang lebih cocok untuknya, seperti melepas pintu-pintu dari engselnya. Lucy harus mengambil alih pekerjaan tersebut karena pria pembantu dari Rumpelmayer baru datang nanti. Kemudian, pagi yang indah! pikir Clarissa Dalloway, segar seperti anak-anak yang berlarian di pantai. Suara burung berkicau yang indah! Pikirnya. Clarissa sangat menikmati suasana di pagi hari. Begitu juga dengan bunyi decit engsel pintu di pagi hari. Ia membuka jendela bergaya Perancis dan menikmati udara Bourton. Betapa segarnya cuaca hari ini dan begitu tenang suasananya! Ia berdiri memandangnya hingga tiba-tiba teringat saat Peter Walsh berkata, sedang merenung di antara sayuran? Apa benar itu yang dikatakannya? Bukankah lebih baik melihat pria daripada kembang kol? Ya, dia mengatakannya waktu sarapan di suatu pagi. Peter akan kembali dari India, antara bulan Juni atau Juli, Clarissa lupa, karena surat-surat yang dikirimnya begitu membosankan. Ketika jutaan tentang Peter benar-benar lenyap dari ingatannya, hanya ada satu perkataan yang dia ingat; pembahasan aneh tentang kubis. Terlepas dari itu, ia ingat betul tatapan matanya, pisau lipatnya, senyumnya, dan sifat pemarahnya. Dinobatkan sebagai novel terbesar, Virginia Woolf mengatakan bahwa cerita ini adalah potret hidup satu hari dalam kehidupan seorang wanita bernama Clarissa Dalloway. Ia disibukkan dengan detail persiapan pesta untuk malam itu. Saat sedang menyiapkan pesta, ia kedatangan teman lamanya, Peter Walsh. Tidak hanya sekedar teman lama, Peter dan Clarissa pernah saling menaruh rasa cinta pada masa muda mereka. Kedatangan pria itu membuat pikirannya dibanjiri oleh kenangan-kenangan akan masa lalu. Namun, dia juga dihadapkan dengan kenyataan saat ini. Ia mulai mempertanyakan kembali keputusan keputusan yang diambil pada masa mudanya. Apakah pilihan yang tepat untuk tidak menikahi Peter Walsh? Mengapa dirinya lebih memilih Richard Dalloway daripada Peter Walsh?