Gramedia Logo
Product image
Tim Majalah Historia

Oerip Soemohardjo: Bapak Tentara Yang Dilupakan

Format Buku
Deskripsi
Oerip lahir pada tanggal 22 Februari 1893, ia menyandang nama Muhammad Sidik, seorang bocah yang enerjik tapi sangat mbeling dan susah diatur. Tidak ada yang menyangka, bocah ini kelak menentukan jalannya sejarah militer Indonesia. Ketertarikan pada dunia militer mendorongnya masuk Sekolah Militer Meester Cornelis di Batavia (kini Jakarta). Kariernya di Tentara Kerajaan Hindia Belanda KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) terbilang moncer. Dia berhasil menjadi mayor, pangkat tertinggi di antara tentara bumiputera. Karirnya tamat setelah datang Jepang. Proklamasi 17 Agustus 1945 menyeret Oerip Kembali ke dunia militer. Pada Oktober 1945, Oerip didapuk sebagai Kepala Staf Oemoem (KSO) TKR. Pada 12 November 1945, Oerip membuat semacam konferensi yang dihadiri eks KNIL dan eks PETA (Pembela tanah air) di Yogyakarta. Dari konferensi inilah muncul nama Soedirman sebagai Panglima Besar TKR, sementara Oerip tetap menjabat KSO. Oerip Soemohardjo wafat pada tanggal 17 November 1948. Sebagai tentara profesional, Oerip kerap kecewa karena sikap politik pemerintah, baik terhadap militer Indonesia maupun dalam menghadapi Belanda. Kekecewaan itu sampai membuatnya ingin mengundurkan diri. Kendati berhasil membangun tentara Indonesia, tetapi Oerip seakan dilupakan. Kita lebih mengenal Jenderal Soedirman yang mengalahkan Oerip dalam pemilihan sebagai Panglima Besar. Padahal, sebagaimana dwitunggal Soekarno-Hatta, Soedirman-Oerip merupakan dwitunggal dalam memimpin tentara. Mereka seperti “abang dan adik”. Oerip lebih suka memanggil Soedirman, “Dimas”; dan Soedirman memanggilnya, “Kang Mas atau Pak Oerip.”
Detail Buku