Riniwaty Makmur
Orang Padang Tionghoa – Dima Bumi Dipijak, Disinan Langik Dijunjuang
Format Buku
Deskripsi
Seperti di daerah lainnya di Nusantara, keberadaan orang Tionghoa di Padang tidak lepas dari fenomena diaspora atau keluarnya orang Tionghoa dari tanah kelahiran mereka untuk tujuan perdagangan. Walaupun tidak ada catatan pasti kapan orang Tionghoa pertama tiba di Padang, mereka diperkirakan telah tiba di pantai barat Sumatra pada abad ke-17, mendahului kedatangan bangsa Belanda dan Inggris. Mereka datang dari Banten, yang kala itu menjadi pusat perdagangan di Nusantara. Pada 1630-an, diketahui telah banyak bersandar kapal-kapal Tionghoa di sekitar perairan pantai barat Sumatra. Di antara kota yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal Tionghoa adalah Pariaman. Di daerah tersebut, orang Tionghoa menjual kebutuhan-kebutuhan pokok, terutama garam. Namun, kebanyakan mereka hanyalah agen dari pedagang Tionghoa yang ada di Banten. Pada 1633, dilaporkan telah ada orang Tionghoa yang menetap di Pariaman.
Masyarakat Tionghoa di Padang mempunyai kekhasan dalam konstruksi kehidupan sosial mereka dibandingkan dengan di tempat lain. Setelah ratusan tahun hidup di Kota Padang, mereka telah beradaptasi dan membentuk sistem kehidupan dan lingkungan yang unik. Ada dua kongsi yang menjadi pilar masyarakat Tionghoa— kongsi gedang dan kongsi kecik, kelenteng sebagai pengikat moral dan penjaga peradaban, serta interaksi yang erat dengan masyarakat Minang berdasarkan kesamaan bahasa. Sebagai hasil dari proses adaptasi itu, kebudayaan mereka kini tampil dengan ciri campuran Tionghoa dan Minang atau mengalami hibriditas kebudayaan.
Detail
Jumlah Halaman 358
Penerbit Penerbit Buku Kompas
Tanggal Terbit 24 Sep 2018
Berat 0.430 kg
ISBN 9786024124182
Lebar 14 cm
Bahasa Indonesia
Panjang 21cm
Baca Selengkapnya
Detail Buku