Gramedia Logo
Product image
Peter Carey

Percakapan Dengan Diponegoro

Format Buku
Deskripsi
Nama Pangeran Diponegoro bukan hanya warisan epik bagi bangsa ini. Namun, juga menumbuhkan warisan mitos yang dipelihara pula. Mitos itu melengkapi bagaimana Diponegoro sangat penting dalam merekonstruksi identitas yang berkait dengan api perjuangan nasionalisme. Imajinasi ihwal jati diri diperlukan dengan menghadirkan sosok seorang Diponegoro. Sebagaimana Mohammad Yamin merekonstruksikan profil Diponegoro dan Perang Jawa (1825-1830) dalam buku Sedjarah Peperangan Diponegoro: Pahlawan Kemerdekaan Indonesia (1952). Bagi bangsa Indonesia, Diponegoro tidak sekadar memorabilia historis, tetapi ia adalah dian yang tak harus sirep. Di tangan penyair Chairil Anwar, Diponegoro menggelegak bagai bara api: ”…..di depan sekali tuan menanti/tak gentar lawan banyaknya seratus kali/pedang di kanan keris di kiri/berselubung semangat yang tak bisa mati. Peter Carey menghidupkan kembali Diponegoro bukan sekadar sebagai sosok. Artinya, elan perjuangannya pun diperlukan tidak hanya untuk masanya, tetapi juga hari ini diperlukan sosok absolut: Diponegoro. Peter Carey menghadirkan sosok Diponegoro sebagai keterwakilan perjuangan nilai-nilai universal terhadap nilai-nilai penindasan sosial dan dampak dari perlawanan tersebut bagi proses transformasi sosial. Sinopsis Dalam kurun waktu 11 minggu setelah penahanan Diponegoro pada 28 Maret 1830 di Magelang, setiap percakapan dengan sang Pangeran dicatat oleh tiga perwira militer Belanda yang ditugaskan untuk mengawal perjalanannya ke pengasingan di Sulawesi. Percakapan keempat, yang jauh lebih singkat, ditulis oleh putra bungsu Putra Mahkota Belanda, yang di kemudian hari diangkat menjadi Raja Belanda, Willem II (bertakhta 1840–49), Pangeran Hendrik (1820–79)—pada saat memegang jabatan letnan satu di Angkatan Laut Belanda—di Fort Rotterdam, Makassar, 1837. Percakapan dengan Diponegoro berisi catatan dari semua perbincangan itu. Ditulis secara terus terang, menawan, dan blak-blakan, untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan ditempatkan dalam konteks sejarah. Sebagai sumber penting untuk setiap biografi Pangeran Diponegoro, catatan-catatan ini dibuka dengan sebuah esai biografis yang menyelami posisi “orang luar di dalam” empat perwira yang bercakap-cakap dengan sang Pangeran. Yuk segera dapatkan buku ini di Gramedia! Detail Jumlah Halaman 336 Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia Tanggal Terbit 17 Okt 2022 Berat 0.35 kg ISBN 9786024819002 Lebar 15 cm Bahasa Indonesia Panjang 23 cm
Detail Buku