Tere Liye
Novel Pergi
Deskripsi
"Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, ke mana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan kemana langkah kaki akan dibawa. Pergi menjadi novel yang dibentuk Tere Liye secara rinci dengan pembahasannya tentang perjalanan hidup di dunia melalui memori beserta printilan kehidupan yang indah."
''Begitulah rumus kehidupan. Dalam perkara shalat ini, terlepas dari apakah seseorang itu pendusta, pembunuh, penjahat, dia tetap harus shalat, kewajiban itu tidak luntur. Maka semoga entah di shalat yang ke-berapa, dia akhirnya benar-benar berubah. Shalat itu berhasil mengubahnya. Midah pasti pernah bilang itu kepadamu'' (Hlm. 86)
''Kehidupanmu ada di persimpangan berikutnya, Agam. Dulu kamu bertanya tentang definisi pulang, dan kamu berhasil menemukannya, bahwa siapapun pasti akan pulang ke hakikat kehidupan. Kamu akhirnya pulang menjenguk pusara bapak mamakmu, berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan.Tapi lebih dari itu, ada pertanyaan penting berikutnya yang menunggu dijawab. Pergi.
Sejatinya, kemana kita akan pergi setelah tahu defenisi pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa 'kendaraannya'? Dan kemana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? itulah persimpangan hidupmu sekarang, Bujang. Menemukan jawaban tersebut. 'Kamu akan pergi kemana?, Nak.'' (Hlm. 86)
''Situasi ini rumit sekali. Seharusnya jarak akan menikam perasaan itu. Kota Madrid-Pulau Sumatera, itu jarak yang amat jauh. Tapi tidak, perasaan itu justru tumbuh subur di hati Mama. Seharusnya juga waktu menghabisi kecambah cinta itu. Enam bulan bukan waktu sebentar, total jenderal dua belas bulan sejak kecambahnya terlihat. Malang, cinta itu malah sebaliknya, tumbuh besar, batangnya kokoh, daunnya lebat, akarnya mencengkeram dalam. Setiap kali Mama tampil di sebuah acara, menyanyi, wajah Padre yang sedang memetik gitar muncul di kepala. Setiap kali Mama menyibukkan diri dengan pekerjaan lain, wajah pemuda menyebalkan itu berputar-putar di sudut ingatan'' (Hlm. 269)
Novel ini adalah sekuel dari novel “Pulang” karya Tere Liye, disarankan bagi pembaca untuk membaca novel “Pulang” terlebih dahulu. Novel ini tidak hanya menceritakan tentang pertarungan sengit antar keluarga Shadow Economy, tetapi juga menceritakan bagaimana perjalanan panjang Bujang membongkar masa lalu almarhum ayahnya yang begitu rumit. Ayahnya yang dulu ia kenal memiliki perangai yang buruk, sering marahi bahkan memukulnya kini Bujang berusaha menelusuri setiap jejak kehidupan ayahnya pernah menjadi tukang jagal nomor satu, sama seperti dirinya saat ini.
“Kemarin aku pergi ke rimba gelap
Bertemu hantu disana
Badannya tinggi besar
Tangannya seperti batang pohon
Matanya merah menyala
Menyembur api dari mulutnya
Mama, aku tidak takut
Ku cabut Machete-ku
Aku lompat ke lehernya
Kemarin aku kembali ke rimba gelap
Tidak ada lagi hantu di sana
Mereka sudah pergi
Mama, aku menakuti mereka
Setiap kali aku mencabut machete-ku
Gunung-gunung berhenti meletus
Lautan badai menjadi tenang
Mereka terdiam seperti anak kecil
Pada putramu yang tak kenal takut”
Baca Selengkapnya
Detail Buku