Gramedia Logo
Product image
Hasna Wijayati & Indriyana Rachmawati

Postmodernisme : Sebuah Pengantar

Format Buku
Deskripsi
Zaman yang terus berjalan ke depan telah memicu perubahan modernisasi di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya muncul modernis baru, yaitu postmodernisme sebagai revisi dari modernis sebelumnya. Postmodernisme lalu terus berkembang dan semakin marak hingga akhirnya mematikan modernisme (Grenz, 1996). Modernisme dan postmodernisme, masing-masing memiliki cara tersendiri dalam memandang kebenaran. Jika dalam modernism, kebenaran itu bersifat objektif, tidak demikian halnya bagi postmodernisme yang memandang kebenaran sebagai sesuatu yang modernis. Uniknya, makna kebenaran bagi postmodernisme selalu menjadi pertanyaan besar. Kebenaran dianggap oleh postmodernisme sebagai konstruk dari masing-masing individu. Alhasil, bagi postmodernisme, kebenaran itu bersifat modernis, situasional, dan kondisional. Memang, postmodernisme selalu menjadi hal menarik untuk dibahas. Dalam buku ini pun, Anda bisa menemukan berbagai hal menarik mengenai postmodernisme. Mulai dari sejarah perkembangannya, para tokoh pemikirnya, kontribusinya terhadap dunia, dan juga bagaimana perbandingannya dengan modernism. Semua ini diulas secara mendalam agar Anda dapat memperoleh gambaran utuh mengenai postmodernisme sebagai sebuah gaya dan filsafat. Perubahan adalah suatu proses yang tak pernah berhenti dalam dunia ini, termasuk dalam kehidupan manusia. Paradigma perubahan selalu bersumber pada ilmu pengetahuan sebagai ranah kognitif manusia. Selanjutnya, paradigma perubahan ini berjalan menuju ke tahap perubahan nilai (afeksi). Kemudian pada titik tertentu, membentuk sebuah keahlian (skill). Pada akhirnya, semua ini akan terwujud pada diri manusia dalam bentuk perilaku sikap sosial dalam kebudayaannya. Pergeseran paradigma kognitif dalam ilmu pengetahuan ini secara simultan akan terus melahirkan peradaban-peradaban baru yang terus mengalami pergerakan. Jika merujuk pada pemikiran filsafat, sejarah perkembangan umat manusia setidaknya dapat dikategorikan ke dalam empat fase. Empat fase pemikiran filsafat tersebut secara berurutan, yakni kosmosentrisme, teosentrisme, antroposentrisme, dan logosentrisme. Masing-masing fasenya memiliki karakteristik tersendiri, sekaligus memiliki banyak penganut di masanya. Tahap pertama, yakni kosmosentrisme adalah tahap di mana alam semesta bertindak sebagai objek diskursus. Ini terjadi pada peradaban di zaman kuno. Tahap kedua, Teosentrisme, adalah masa ketika objek kajian berpusat pada Tuhan. Masa ini terjadi pada Abad Pertengahan. Berikutnya, wacana dominan pada masa antroposentrisme adalah manusia dengan kekuatan rasionya diunggulkan lebih dari apa pun. Masa ini terjadi pada zaman modern, yakni di abad ke-19. Kemudian, tahapan keempat adalah logosentrisme yang menempatkan bahasa sebagai pusat pembicaraannya. Masa ini terjadi di abad mutakhir, tepatnya di abad ke-20.
Detail Buku