“Novel ini mengajak pembaca menyadari bahwa Jepara mewarisi kegagahan dan ketangguhan Ratu Kalinyamat, sebagai bagian dari peradaban bangsa yang menentang ragam infiltrasi ideologi dan menolak kolonialisme. Lebih dari itu, novel ini menjadi pementasan kearifan lokal untuk meneguhkan bahwa tradisi lisan merupakan sumber budaya yang memperkaya tulisan ilmiah dan kronik sejarah.” Lestari Moerdijat - Wakil Ketua MPR RI Periode 2019-2024 & 2024-2029 “Sosok Ratu Kalinyamat, yang menjadi tokoh sentral dalam novel ini, dilukiskan dengan sangat baik sebagai figur protagonis yang cinta tanah air dan anti-penjajahan. Membaca novel ini sampai tuntas, Anda dijamin bangga dengan sosok perempuan bangsawan yang gigih memperjuangkan harkat dan martabat bangsanya.” Mayjen TNI (Purn.) IGK Manila - Gubernur Akademi Bela Negara “Kepemimpinan Ratu Kalinyamat memberikan inspirasi kepada generasi muda bahwa mereka lahir dari rahim kepahlawanan yang pantang menyerah. Sang Ratu menginspirasi bahwa kepemimpinan perempuan harus tampil ke depan di negeri ini, bukan subordinat yang hanya memberikan legitimasi di tengah budaya patriarki yang masih berdiri pongah.” Ade Alawi – Direktur Pemberitaan Harian Media Indonesia “Membaca Ratu Kalinyamat, dengan penuturan yang filmis, mengajak saya seperti terlibat di dalamnya. Gaya penulisan yang ringan dan gamblang membuat pembaca tak perlu banyak mengerutkan dahi.” Budiyanto – Pemimpin Redaksi Metro TV Profil Penulis: Ratu Kalinyamat merupakan novel fiksi sejarah kedua karya Setyo Wardoyo. Sebelumnya, The Rise of Majapahit yang meraih bestseller hingga cetakan ke-3, disusul buku Gajah Menari: Antologi Puisi Keindahan. Sekelumit kisah perjalanan perempuan penguasa samudra asal Jepara pada abad XVI ini menggelitiknya merangkai dalam sebuah kisah fiksi. Kendati demikian, penulis harus bekerja keras napak tilas di Jepara, Kudus, Demak, Pati, Blora, dan lain-lain.