Gramedia Logo
Product image
Yupitawdr

Sekotak Senja Untuk Nirbita

Format Buku
Deskripsi
Sinopsis Tidak ada kehidupan sempurna, termasuk yang terjadi pada Nirbita. Kehilangan-kehilangan yang selama ini menghampiri membuat warna hidupnya hanya tersisa hitam dan putih. Apalagi, saat Raiden memutuskan pergi dan menorehkan luka di hati. Namun, setelah mengenal Sekala dan melakukan perburuan senja di beberapa sudut Jakarta bersamanya, hidup Nirbita perlahan kembali memiliki warna. Saat semua terasa semakin baik-baik saja, sebuah fakta mengejutkan seolah mengambil kembali seluruh kebahagiaannya. Akankah perburuan senja bersama Sekala berakhir begitu saja? "Kalau lo jadi pacar gue, setiap ulang tahun, gue bakal kasih kado sekotak senja. Sekotak senja untuk Nirbita. " Prolog "Manusia itu seperti bulan yang memiliki dua sisi. Sisi terang yang tampak dari bumi, juga sisi gelap yang selalu bersembunyi dari sinar matahari. Juni 2018. “Kayaknya, di kehidupan sebelumnya lo itu Cleopatra terakhir deh, Ta. Makanya di kehidupan sekarang, lo diberkahi sisa-sisa kejayaan lo di masa lalu. Kecantikan, kekayaan, kecerdasan, dan kemampuan memikat banyak cowok. Hidup lo tuh ... sempurna banget," celetuk Amara. Pandangannya masih lurus ke kertas pengumuman peringkat pararel, pada nama Nirbita yang tertera di bagian atas. "Tapi kan Cleopatra nggak cantik.” Nirbita menyungginggkan senyum kecil. Perempuan itu menatap Amara yang kini juga menoleh ke arahnya. "Dan hidupnya juga nggak sempurna. "" "Ya makanya, Tuhan isi celah-celah kosong di masa lalu itu dengan kecantikan dan kesempurnaan lo di masa sekarang. Sebagai imbalan karena lo udah pernah berkontribusi banyak untuk perkembangan Mesir Kuno," timpal Acacia-salah seorang temannya yang lain-asal. Nirbita geleng-geleng kepala menanggapi ocehan itu. Ia kembali mengalihkan atensi ke mading, lalu menghela napas samar. Setelah belajar lebih keras selama setengah tahun terakhir, tetap tidak ada perubahan berarti. Namanya hanya naik satu tingkat. Dapat dipastikan, nanti Haira, mamanya, akan marah besar sebab sudah dua semester berturut-turut ia gagal mengambil kembali peringkat pertamanya. Menjadi Nirbita tidaklah mudah. Hidupnya tidak sesempurna yang teman-temannya katakan. Mereka tidak tahu bahwa orang yang terlihat selalu bersinar pasti memiliki sisi paling gelap di dalam dirinya. Termasuk Nirbita. "Emang menurut kalian hidup gue sempurna, ya?" Nirbita bertanya iseng. "Iyalah." Kini, Serena ikut menyeletuk. Perempuan dengan bracelet warna*warni itu melipat kedua tangan di dada, lalu menatap Nirbita serius. "Nih ya, kalau dikasih kesempatan, gue mau banget tukar nasib sama lo. Biar sesekali nama gue masuk deretan ranking sepuluh besar dari atas, bukan dari bawah kayak gini," lanjutnya sambil menunjuk namanya yang berada di angka 365. "Ye ... itu mah lo modus biar bisa pacaran sama Raiden," cibir Acacia. "Idih. Amit-amit pacaran sama Raiden. Entar gue nggak bebas bersosialisasi kayak Nirbita," balas Serena. Kalimat itu terdengar menusuk, sukses membuat sekitarnya canggung. Nirbita tidak tahu itu candaan atau sarkas, yang jelas ia merasa kurang nyaman. Jadi, ia mundur, menyelip di antara celah-celah untuk keluar dari kerumunan. Ia hampir saja menubruk seseorang jika tidak cepat mengendalikan diri dan berhenti. "Eh, sorry." Nirbita mundur selangkah. Orang itu tersenyum hingga matanya menyipit. "Nggak apa-apa. Belum ketabrak juga, kan?" Kemudian, orang itu mengulurkan kaleng Pringles ke arahnya. "Mau, nggak?" Meski ragu dan bingung, Nirbita memasukkan tangannya ke kaleng, lalu mengambil tiga chips asal. Lagi pula, ia tidak menemukan alasan yang tepat untuk menolak. "Makasih." "Sama-sama." Detik berikutnya, orang itu menyingkir, memberi Nirbita jalan untuk menghampiri Raiden yang sudah menunggunya di kejauhan. Tahun Terbit: Cetakan pertama, Maret 2023
Detail Buku