Gramedia Logo
Product image
Thomas Hidya Tjaya

Seri Pemikiran: Merleau-Ponty Dan Kebertubuhan

Format Buku
Deskripsi
Semakin dominannya kehadiran dunia digital dan virtual belakangan ini mempercepat berkurangnya penggunaan tubuh manusia. Komunikasi dengan orang lain kini tak lagi menuntut kehadiran fisik seseorang, tetapi bisa diwakilkan kepada pesan singkat melalui telepon pintar. Kerja-kerja jurnalistik juga bisa diselesaikan tanpa turun ke lapangan karena data dan angka tersedia di laman dunia maya. Bahkan, intelegensi buatan (artificial intelligence) pun telah banyak menggantikan pekerjaan-pekerjaan manusia yang rutin dan terstruktur. Apakah dunia semacam ini berpengaruh pada kemanusiaan kita? Apakah manusia tetap manusiawi ataukah sebaliknya? Tubuh sering dipandang kalah penting dibandingkan dengan kesadaran. Sejak Rene Descartes, kesadaran dianggap sebagai landasan keberadaan serta pengetahuan manusia, sedangkan tubuh hanyalah objek belaka. Tetapi, Husserl, dan para fenomenologis lain, memberikan pendapat sebaliknya: dengan menghindari kategori subjek-objek dan masuk ke dalam kehidupan konkret, kita akan dapat mengalami fenomena yang lebih murni dan asli, terlepas dari pengandaian dan prasangka kita. Buku ini mengurai secara ringkas pandangan Merleau-Ponty tentang fenomenologi dan makna kebertubuhan manusia. Mengembangkan gagasan Husserl, Merleau-Ponty menyoroti pentingnya tubuh sebagai jangkar kita dalam dunia dan makna keberadaan manusia sebagai pengada bertubuh. Di satu sisi, melalui pengalaman bertubuh, manusia menjalin relasi dengan dunia dan membentuk persepsi mengenai dunia tersebut. Di sisi lain, orang lain pun mengenal kita pertama-tama melalui kehadiran tubuh kita. Memahami keberadaan tubuh dan dunia yang dihuninya membantu kita menentukan arah perkembangan kita sebagai manusia.
Detail Buku