Gramedia Logo
Product image
Format Buku
Deskripsi
Krisis ekonomi dan hoaks pada tahun 1740 telah menyulut suatu peristiwa berdarah yang disebut sebagai Geger Pecinan. Lebih dari 10 ribu warga keturunan Cina di Batavia dibantai Belanda dan lebih dari 500 ribu rumah mereka dijarah dan dibakar. Mereka yang selamat lalu lari ke Jawa Tengah. Pelarian warga Cina Batavia yang terbentuk dalam pasukan milisi ini kemudian bergabung dengan pasukan Keraton Mataram lalu menyerang balik Belanda dan menduduki sejumlah daerah di Jawa Tengah. Di tengah kecamuk itu muncul prajurit perempuan yang berpakaian sebagaimana layaknya prajurit pria bernama Tan Peng Nio, putri Jenderal Tan Wan Swee yang memberontak terhadap Kaisar Qianlong dan kemudian melarikan diri ke tanah Jawa. Bukan tanpa alasan Tan Peng Nio mengenakan pakaian pria, hal itu ia lakukan demi menghindari pengejaran pasukan Kaisar Qianlong yang dibantu pasukan Belanda untuk bisa menangkapnya hidup-hidup dan membawanya kembali ke Tiongkok lalu menghadapkannya pada Kaisar Qianlong. Peristiwa Geger Pecinan menyulut perang besar antara pasukan gabungan Jawa-Cina melawan Belanda yang berlangsung selama 16 tahun (1741-1757) dan kemudian berakhir dalam perundingan Giyanti, pada tanggal 13 Februari 1755. Dalam peperangan itulah Tan Peng Nio berkenalan dengan seorang pemuda bernama Sulaiman Kertowongso yang tak lain adalah putra dari Kanjeng Raden Tumenggung Kolopkaing II. Pertumpahan darah dan drama cinta kasih ini terbalut dalam suatu kisah roman sejarah. Menuturkan keberadaan Tan Peng Nio, pendekar wanita dari Tionghoa yang di sudut hatinya tumbuh jiwa Nusantara. Mengakar hingga kini, mengajarkan cinta dan etika dalam berbangsa antar suku, ras dan agama.
Detail Buku