Kai Elian
Vermilion Rain
Format Buku
Deskripsi
Hujan telah turun selama sembilan puluh hari tanpa henti di Desa Bokudi yang terletak di lereng Gunung Morui. Asayana Brahma, ahli meteorologi yang telah beralih profesi menjadi disaster hunter, mendapat kabar tentang fenomena alam tidak biasa itu dari sahabatnya Elang Langit, seorang pakar klimatologi. Elang khawatir jika hujan itu tidak berhenti, maka lereng gunung akan longsor dan mengubur seluruh desa. Terdorong niat untuk menyelamatkan nyawa, Asa berangkat ke desa itu bersama Elang. Ekspedisi itu melibatkan Wicky Simangunsong dari Basarnas, Dito Pati, seorang peneliti geologi, dan Joselyn Eden, dokter utusan Dinas Kesehatan. Mereka punya waktu 6 hari untuk meyakinkan warga desa yang terkenal menutup diri agar mau dievakuasi. Awalnya Asa dan yang lain mengira misi mereka akan berjalan dengan lancar, sampai orang-orang mulai terbunuh secara misterius…
Prolog:
Jam di nakas menunjukkan pukul enam kurang lima menit. Aku menguap dan menoleh ke kanan. Bagian itu kosong, tetapi selimutnya sudah tersibak. Aku menyentuh bantal di sisi kanan kasur. Dingin. Di mana dia? Aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Aku membasuh wajah di wastafel, mengenakan kaos yang digantung di rak handuk, lalu ke bawah. Lampu-lampu sudah dimatikan. Cahaya matahari menerangi sudut-sudut gelap, seolah ingin mengungkap rahasia tersembunyi. Di bawahku, bayanganku yang hitam memanjang seperti taring. Tiba-tiba muncul sensasi aneh. Tidak ada benda-benda yang tercecer atau perabot yang bergeser. Semuanya baik-baik saja. Kecuali… kesunyian ini. Terlalu sunyi. ”Dominique?” Suaraku terdengar di seluruh rumah, beradu dengan derap kakiku yang tergesa menuruni tangga, menimbulkan gema yang ganjil. ”Naomi?” Tidak ada yang membalas. Ruang tengah kosong. Aku lari ke dapur. Di sana juga kosong. Tapi jendela-jendelanya terbuka. Ada yang membuka jendela itu. Terpikir olehku untuk mengecek CCTV yang baru kupasang minggu lalu. Tapi… tidak, itu terlalu berlebihan. Aku memutari meja dapur untuk pergi ke teras belakang, tetapi langkahku terhenti. Gunting besar yang biasa dipakai Dominique untuk menggunting bungkusan bumbu mie instan tergeletak di dasar bak cuci piring. Kedua bilahnya membuka, seperti sedang tertawa. Ada noda-noda merah pekat di dekatnya.
Baca Selengkapnya
Detail Buku