Agama Islam

Surat Al-Fatir Ayat 37 Beserta Artinya

Written by Nandy

Surat Al-Fatir ayat 37 – Makhluk hidup yang hidup di bumi ini semua akan mati. Begitupun manusia, kelak akan dibangkitkan kembali. Suatu saat, manusia akan dihadapkan kepada surga atau neraka. Tentunya setiap manusia ingin masuk surga.

Tetapi, untuk menuju ke surga perlu ibadah, melakukan hal-hal yang baik, dan segala hal positif di dunia. Surga merupakan tempat ganjaran bagi mereka yang selalu melakukan kebaikan selama masa hidupnya di dunia.

Begitu sebaliknya dengan neraka, neraka merupakan tempat penebus dosa-dosa yang dilakukan selama hidup di dunia. Semua manusia akan mendapatkan balasan yang setimpal selama mereka hidup di dunia.

Terdapat sejumlah ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai gambaran penyesalan dari para penghuni neraka dan meminta permohonan supaya dapat dihidupkan kembali serta bertaubat kepada Allah SWT.

Salah satunya terdapat di dalam surat Fatir ayat 37. Surat Fatir merupakan surat dalam Al-Qur’an ke-35. Nama surat ini yang diambil melalui ayat pertama yang menyebutkan nama Allah SWT dengan fatir, yaitu اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ (selama puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi).

Surat ini terdiri dari 45 ayat. Pada ayat ke-37, Allah SWT telah menjelaskan mengenai penyesalan bagi para penghuni neraka, sebagaimana ditafsirkan oleh sejumlah ahli tafsir dalam kitabnya.

Surat Fatir Ayat-37 Beserta Artinya

وَهُمْ يَصْطَرِخُوْنَ فِيْهَاۚ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَعْمَلُۗ اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ ࣖ

Wa hum yaṣṭarikhụna fīhā, rabbanā akhrijnā na’mal ṣāliḥan gairallażī kunnā na’mal, a wa lam nu’ammirkum mā yatażakkaru fīhi man tażakkara wa jā`akumun-nażīr, fa żụqụ fa mā liẓ-ẓālimīna min naṣīr

Artinya: “Dan mereka berteriak di dalam (neraka) itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, bukan (seperti perbuatan) yang pernah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka,) “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa (yang cukup) untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir. (Bukankah pula) telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka, rasakanlah (azab Kami). Bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.”

Tafsir Surat Fatir Ayat-37

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, surat Fatir ayat 37 menjelaskan tentang seruan dan teriakan para penghuni neraka dengan suara yang keras memohon kepada Allah SWT agar dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal perbuatan yang berlainan dengan yang telah mereka kerjakan di masa lalu.

Ditafsirkan lebih lanjut, Allah SWT tidak mengabulkan permintaan mereka. Sebab, Allah SWT telah mengetahui seandainya mereka dikembalikan ke dunia, pasti mereka akan kembali mengerjakan apa yang dilarang bagi mereka.

Ibnu Katsir menyebut, para penghuni neraka ini benar-benar dusta dalam pengakuannya yang ingin bertobat itu. Allah SWT juga mengingatkan bahwa Dia telah memberikan kesempatan bagi para penghuni neraka itu semasa di dunia dengan umur yang panjang.

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai kadar usia yang dimaksud dalam firman ini. Menurut riwayat yang berasal dari Ali ibnul Husain atau Zainul Abidin RA, kadar usia tersebut adalah 17 tahun, sedangkan Qatadah dan Abu Galib Asy-Syaibani mengatakannya 18 tahun.

Sementara itu, Abdullah ibnul Mubarak mengatakannya 20 tahun dan Hasyim menyebut 40 tahun. Imam Ahmad mengatakan kadar usia ini mencapai 60 atau 70 tahun.

Sebagaimana ia meriwayatkan dari Abdur Razzaq, dari Ma’mar, dari seorang laki-laki dari bani Gifar, dari Sa’id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW yang bersabda,

لَقَدْ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى عَبْدٍ أَحْيَاهُ حَتَّى بَلَغَ سِتِّينَ أَوْ سَبْعِينَ سَنَةً، لَقَدْ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَيْهِ، لَقَدْ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَيْهِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah Swt. telah beralasan terhadap seorang hamba yang telah diberi-Nya usia hingga mencapai enam puluh atau tujuh puluh tahun. Sesungguhnya Allah Swt. telah beralasan terhadapnya, sesungguhnya Dia telah beralasan terhadapnya.”

Selain mengingatkan melalui usia, Allah SWT juga mengingatkan mengenai Rasul yang diutus kepada mereka, yakni Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana turut dijelaskan dalam firman-Nya yang lain,

هَذَا نَذِيرٌ مِنَ النُّذُرِ الأولَى

Artinya: “Ini (Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu.” (QS An-Najm: 56)

Pada akhir surat Fatir ayat 37, kata Ibnu Katsir, Allah SWT berfirman agar para penghuni neraka merasakan azab neraka sebagai pembalasan dari perbuatan mereka yang menentang para nabi semasa hidup di dunia.

Sementara itu, menurut Tafsir Kementerian Agama RI, akhir ayat ini menegaskan bahwa para penghuni neraka tidak akan memperoleh penolong yang akan menyelamatkan mereka dari azab neraka dan belenggu yang terbuat dari api neraka.

Hidup Di Dunia Hanyalah Sementara

Pixabay/Riedelmeier

Itulah mengapa hidup di dunia hanyalah sementara. kematian adalah bagian dari kehidupan. Dalam agama Islam sendiri telah ditegaskan mengenai hidup di dunia ini hanyalah sementara.

Artinya, kematian dan kematian merupakan suatu takdir yang harus diterima oleh setiap manusia dengan hati ikhlas. Tetapi, hal ini perlu dijadikan sebagai acuan untuk bertaqwa kepada Allah SWT serta menjadi pribadi yang beriman.

Kematian adalah salah satu rahasia yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Tidak ada satupun manusia yang mengetahui pasti mengenai kapan datangnya kematian. Lalu, apa sebenarnya kematian itu? Dapatkan jawabannya dengan membaca buku Kematian Adalah Nikmat dan At-Tadzkirah Keindahan Menghadapi Kematian

Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kematian

Meski begitu, terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang telah menjelaskan mengenai banyak hal tentang kematian dan seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Manusia juga dianjurkan untuk sering mengingat kematian, hal ini supaya hidup yang tengah dijalani dapat menjadi lebih terarah serta telah diisi oleh banyak perbuatan baik yaitu menjadi bekal di akhirat nanti.

“Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu kematian.” (HR at-Tirmidzi)

Nah, berikut ini surat-surat mengenai kematian yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur’an. Berikut ulasannya:

Al-Baqarah ayat 154

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 154:

وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ

Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.”

Ar-Rahman ayat 26-27

Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rahman ayat 26-27:

كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٍ (26) وَّيَبۡقٰى وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو الۡجَلٰلِ وَالۡاِكۡرَامِ‌ۚ (27)

Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”

Al-Mulk ayat 2

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mulk ayat 2:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Al-Jumuah ayat 8

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Jumuah ayat 8:

قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ

Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Ali Imran ayat 145

Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 145:

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۚ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الْاٰخِرَةِ نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۗ وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ

Artinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Al-Qiyamah ayat 26-30

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Qiyamah ayat 26-30:

كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ ﴿ ٢٦﴾

Artinya: “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,”

وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ ﴿ ٢٨﴾

Artinya: “dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia),”

وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ ﴿ ٢٩﴾

Artinya: “dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan),”

إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ ﴿ ٣٠﴾

Artinya: “kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.”

Al-Munafiqun ayat 11

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Munafiqun ayat 11:

وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ

Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.”

Dalam Al-Quran, tepatnya Surat Thaha ayat ke-131, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Artinya: “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.”

Sementara itu Imam Al-Bukhari no. 1465 dan Imam Muslim no. 1052 meriwayatkan dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri –radhiyallahu ‘anhu-, ujarnya, “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam duduk di mimbar sedangkan kami duduk di sekeliling beliau. Beliau bersabda,

إِنَّ مِمَّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ من بعدي ما يفتح عليكم من زهرة الدنيا و زينتها

Artinya: “Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan pada diri kalian setelah peninggalanku ialah dibukakannya bunga dunia dan pernak-perniknya untuk kalian.”

Pada ayat dan hadits tersebut di atas, kehidupan dunia diibaratkan sebagai bunga. Pertanyaannya, apakah hubungan antara dunia dan bunga sehingga bunga dijadikan sebagai sampel kehidupan dunia? Jawabannya bisa kita telaah sebagai berikut.

Ketika suatu tanaman yang hendak mengeluarkan buahnya, biasanya diawali dengan kemunculan bunga. Kadang kala bunga itu terlihat indah dan di saat lain terlihat begitu sangat menawan.

Bahkan, terkadang tidak sedikit orang yang memandangnya berhasrat untuk memetiknya dan dibawanya pergi. Namun, tahukah kita sekiranya bunga tadi benar-benar dipetik sebelum berubah menjadi buah?

Ternyata tidak akan berapa lama kemudian akan segera layu dan pada akhirnya akan dicampakan oleh sang pemiliknya. Memang jika masih berada di tangkai, terlihat begitu mempesona, namun jika diambil saat itu juga maka yang terjadi adalah malah justru menjadi layu, tak tahan lama.

Berbeda ceritanya jika kita biarkan bunga itu terus berada di tangkainya sedikit agak lebih lama, tentu bunga tersebut akan berubah menjadi buah yang tidak saja indah dan menyejukkan pandangan jika dilihat, akan tetapi juga dapat dikonsumsi.

Dan gambaran dunia pun dapat dipastikan sebagaimana kisah bunga di atas. Kehidupan dunia itu terlihat begitu indah menawan di mata siapa saja yang melihat dan memandangnya.

Tahta, jabatan, wanita, keturunan, harta, benda, dan seterusnya. Keseluruhannya itu nampak begitu menggoda dan membuai normalnya jiwa manusia tergoda dan berhasrat untuk menggapai dan menikmatinya.

Akan tetapi sungguh, segala yang terlihat indah di mata itu sejatinya akan jauh lebih indah jika ditunggu sebentar saja nanti ketika datang kampung kekekalan di akhirat. Adapun orang-orang yang terlena dan tergoda sehingga tak dapat menahan kecuali memetik dan menikmatinya, sungguh cepat ataupun lambat segala sesuatu yang dinikmatinya itu akan layu dan nampak suram dan bencana yang sangat mencekam.

Demikianlah Allah menguji hamba-hamba-Nya agar dapat terlihat mana di antara mereka yang benar-benar jujur dan taat mematuhi segala titah-Nya, dan mana di antara mereka yang terburu-buru menikmati keindahan sebelum datang waktunya.

Rasulullah Saw pernah mengatakan, bahwa dunia itu laksana surga bagi orang kafir, dan penjara bagi orang mukmin (HR Muslim). Kenapa? Karena di dunia itu dipenuhi aturan-aturan yang sama sekali tak boleh diterjang.

Ada halal-haram, ada perintah-larangan, ada ini dan itu. Kerap kali untuk menjalankan suatu perintah, harus meninggalkan beberapa perkara yang nampak indah dan di saat tertentu harus menelan rasa pahit.

Sedangkan orang kafir terburu-buru dan tidak sabar menikmati kemewahan dunia yang tak ubahnya fatamorgana. Di dunia mereka berfoya-foya dengan disertai ejekan dan cemoohan pada orang-orang yang mau bersabar, kelak orang-orang kafir itu akan merasakan akibatnya. Ketika mereka sudah merasakan indahnya dunia, kelak di negeri kekal tak akan lagi merasakan indahnya surga. Nerakalah tempat teduh mereka.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ * وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ * وَإِذَا انقَلَبُوا إِلَىٰ أَهْلِهِمُ انقَلَبُوا فَكِهِينَ * وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَٰؤُلَاءِ لَضَالُّونَ * وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ * فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ * عَلَى الْأَرَائِكِ يَنظُرُونَ * هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”, padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) diatas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Al-Muthaffifin: 29-36).

Dalam agama Islam, hidup merupakan bekal menuju akhirat nantinya. Kita diperkenankan untuk menambah sebanyak-banyaknya amal saleh. Begitupun yang terdapat di dalam surat Al-Fatir Ayat 37.

Dalam memahami surga dan neraka memang tak boleh sembarangan. Untuk Grameds yang ingin tahu akan dua hal itu, maka bisa menjadikan buku Tamasya ke Surga dan Suramnya Surga Indahnya Neraka sebagai referensi.

Demikian pembahasan tentang surat Al-Fatir ayat 37 beserta artinya. Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk kalian. Dapatkan berbagai macam buku Islami di gramedia.com.

Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

Rujukan:

  • https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6466742/tafsir-quran-surat-fatir-ayat-37-permohonan-penghuni-neraka-untuk-tobat
  • https://m.kumparan.com/amp/hijab-lifestyle/hidup-hanya-sementara-ini-7-ayat-al-quran-tentang-kematian-1wqu34TrHAM
  • https://muslim.or.id/22682-dunia-bagai-bunga-yang-dipetik-kemudian-layu.html

About the author

Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya