Bahasa Indonesia Sastra

Kumpulan Cerita Rakyat Pendek Nusantara Terpopuler

Written by Fandy

Kumpulan Cerita Rakyat Pendek—Folklor atau lebih dikenal dengan cerita rakyat adalah salah satu sarana penyebaran cerita rakyat maupun adat istiadat tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Sementara itu, ilmu yang mengkaji tentang folklor disebut dengan folkloristik.

Istilah folklore pertama kali dipopulerkan oleh sejarawan Inggris bernama William Thoms dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada 1846. Folklor berhubungan dengan sistem mitologi dan kepercayaan masyarakat.

Cerita rakyat sering kali tercampur dengan dongeng, meskipun sebenarnya terdapat berbagai perbedaan mendasar. Namun demikian, cerita rakyat umumnya mengandung berbagai pesan moral yang dapat dipetik.

Luthfiyanti dan Fithratunnisa dalam risetnya mengenai Peran Sastra dalam Pengembangan Kepribadian Anak dalam Jurnal Stilistika: Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya menyebutkan jika salah satu cara yang efektif untuk menasihati anak-anak dapat dilakukan melalui dongeng dan cerita. Hal tersebut cukup efektif karena anak-anak mudah menyerap gambaran mengenai kebaikan dan keburukan melalui isi suatu cerita.

Pada artikel kali ini akan diuraikan secara singkat kumpulan cerita rakyat Nusantara yang bertujuan membantu pembentukan kepribadian anak-anak Indonesia. Yuk, simak ulasan di bawah sampai selesai.

 

Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara

Berikut adalah kumpulan cerita rakyat Nusantara yang populer:

1. Malin Kundang (Sumatra Barat)

Batu Malin Kundang (Fandy Aprianto Rohman/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International license).

Ada seorang wanita miskin yang hidup di sebuah desa. Dia tinggal bersama putra tunggalnya yang bernama Malin Kundang. Wanita tersebut sehari-hari bekerja sebagai nelayan. Namun, penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari, sehingga selalu kekurangan.

Ketika Malin Kundang beranjak dewasa, dia memutuskan untuk pergi ke kota. Dia ingin mengadu nasibnya di sana.

“Barangkali dengan pergi ke kota, aku dapat mengubah nasib kita, ibu,” ucap Malin Kundang.

Dengan berat hati, ibunya mengizinkan. Kini, ibunya kembali menjadi wanita tua yang kesepian. Setelah kepergian Malin, ibunya selalu memikirkan keadaan anaknya itu. Dia menjadi sakit-sakitan, sedangkan Malin tidak pernah mengirimkan kabar untuknya.

Beberapa tahun kemudian, Malin berhasil mengubah nasibnya. Dia telah menjadi saudagar yang kaya raya dan mempunyai banyal kapal. Hidupnya tidak lagi susah. Dia juga menikah dengan seorang wanita bangsawan yang cantik.

Suatu ketika, dia ingin melihat keadaan desanya. Sudah lama sekali dia tidak pulang. Dia pergi bersama istri dan banyak pekerjanya dengan membawa banyak uang untuk dibagi-bagikan kepada para penduduk.

Tibalah Malin di desanya. Dia membagikan uang kepada penduduk dengan sombong. Penduduk di desanya sangat senang, tetapi di antara mereka ada yang mengenalinya. Orang itu lantas segera pergi ke rumah ibu Malin untuk memberikan kabar gembira kepadanya.

“Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang kaya?” seru tetangga itu.

“Dari mana kau tahu itu? Selama ini, aku tidak pernah mendapat kabar darinya,” ucap ibu Malin terkejut.

“Sekarang, pergilah ke dermaga. Anakmu ada di sana. Dia terlihat sangat tampan dan istrinya juga sangat rupawan,” ucap tetangganya.

Ibu Malin tidak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, dia sangat merindukan anaknya selama beberapa tahun ini. Dia pun segera berlari menuju dermaga. Benar saja, di sana terlihat Malin dengan istrinya yang sangat rupawan.

“Malin, kau pulang, nak,” seru ibunya.

Malin mengenali ibunya. Namun, dia malu mengakui orang tua yang berpakaian sangat lusuh itu. Bagaimana dia menjelaskan kepada istrinya tentang semua ini?

“Kau bilang ibumu sudah meninggal. Apa benar orang tua ini adalah ibumu?” tanya istri Malin bingung.

“Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku,” seru Malin.

Sungguh sakit hati ibunya mendengar perkataan Malin. Ibunya lalu mengutuk Malin.

“Hatimu sungguh sekeras batu, Malin. Kau aku kutuk menjadi batu. Kau anak yang durhaka,” ucap ibunya.

Malin ketakutan. Dia memohon ampun kepada ibunya. Namun, ibunya sudah sangat sakit hati. Seketika, hujan turun sangat lebat dan petir menyambar. Saat itu pula Malin berubah menjadi batu.

Baca kisah selengkapnya mengenai cerita rakyat Malin Kundang dari Sumatra Barat dalam buku berjudul Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi: Malin Kundang yang ditulis oleh Dian Kristiani dan diterbitkan Bhuana Ilmu Populer berikut ini. Selain cerita Malin Kundang, kalian juga akan menemukan 34 cerita rakyat Nusantara lainnya.

Seri Cerita Rakyat 37 Provinsi Sumatra Barat - Malin Kundang

 

2. Jaka Tarub (Jawa Timur)

Ilustrasi cerita rakyat Jaka Tarub (Indah Lestari/GNU Free Documentation License).

Pada zaman dahulu, di sebuah desa tinggallah seorang janda bernama Mbok Randa. Ia tinggal seorang diri karena suaminya sudah lama meninggal dunia. Suatu hari, dia mengangkat seorang anak laki-laki menjadi anaknya. Anak angkatnya itu diberi nama Jaka Tarub.

Jaka Tarub pun beranjak tumbuh dewasa. Dia menjadi pemuda yang sangat tampan, gagah, dan baik hati. Dia juga mempunyai kesaktian. Setiap hari, dia selalu membantu ibunya di sawah.

Setiap hari, ibunya menyuruh Jaka Tarub untuk segera menikah. Namun, dia menolak permintaan ibunya. Suatu hari, Mbok Randa jatuh sakit dan menghembuskan napas terakhirnya. Jaka Tarub sangat sedih.

Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan daging rusa. Ketika terbangun, dia langsung pergi ke hutan. Sejak pagi hingga siang hari dia belum menemukan rusa. Jangankan rusa, kancil pun juga tidak ada.

Dalam pencariannya itu, dia melewati telaga dan secara tidak sengaja melihat para bidadari sedang mandi. Ada tujuh bidadari can­­tik sedang bermain-main air, bercanda, dan ber­­suka ria. Jaka Tarub sangat terkejut melihat kecantikan mereka.

Dia lantas mengambil salah satu selendang dari bidadari itu. Setelahnya para bidadari sekesai mandi, mereka pun bersiap-siap untuk kembali ke kayangan. Namun, salah satu bidadari bernama Nawangwulan tidak mene­­mu­kan selendangnya. Keenam kakaknya turut membantu men­­cari, tetapi tak ditemukan juga hingga senja.

Nawangwulan lantas ditinggalkan seorang diri. Dia merasa sangat sedih.

Tidak lama kemudian, Jaka Tarub datang menghampirinya dan berpura-pura menolong sang bidadari itu. Dia mengajak bidadari itu pulang ke rumahnya. Kehadiran Nawangwulan membuat Jaka Tarub kembali bersemangat.

Singkat cerita, mereka akhirnya menikah. Keduanya hidup dengan bahagia dan memiliki seorang putri cantik bernama Nawangsih. Sebelum mereka menikah, Nawangwulan mengingatkan kepada Jaka Tarub untuk tidak menanyakan kebiasan yang akan dilakukannya nanti setelah menjadi istri.

Salah satu rahasia Nawangwulan adalah dia dapat memasak nasi yang banyak hanya dengan menggunakan sebutir beras. Setelah mereka menikah, Jaka Tarub sangat penasaran. Namun, dia tidak bertanya langsung kepada Nawangwulan, melainkan langsung membuka dan melihat panci yang digunakan istrinya itu untuk memasak nasi.

Dia melihat setangkai padi ma­sih tergolek di dalamnya dan segera menutupnya kembali. Akibat rasa penasarannya, Nawangwulan kehilangan kekuatannya. Sejak saat itu, Na­wangwulan harus menumbuk dan me­nanak beras untuk dimasak seperti wa­ni­ta umumnya.

Suatu ketika, Nawangwulan menemukan selendangnya terselip di antara tumpukan padi. Selendang itu ternyata disembunyikan oleh suaminya.

Dia pun merasa sangat marah dan memutuskan untuk kembali ke kayangan. Jaka Tarub pun meminta maaf dan memohon kepada istrinya agar tidak kembali ke kayangan, Namun, tekad Nawangwulan sudah bulat.

Dia sesekali tetap turun ke bumi untuk menyusui anaknya, tetapi dengan syarat Jaka Tarub tidak boleh bersama Nawangsih ketika Nawangwulan menemuinya. Dia ingin Jaka Tarub membiarkannya seorang diri di dekat telaga.

Seri Cerita Rakyat 37 Provinsi Sulawesi Tengah - Legenda Putri Duyung

3. Ande-ande Lumut (Jawa Timur)

Ilustrasi cerita rakyat Ande-Ande Lumut (Puspasari Setyaningrum/GNU Free Documentation License).

Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan besar bernama Kahuripan. Untuk mencegah perang persaudaraan, Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala.

Suatu hari, sebelum Raja Erlangga meninggal, dia berpesan untuk menyatukan kembali kedua kerajaan tersebut. Akhirnya, kedua kerajaan itu sepakat untuk bersatu dengan cara menikahkan pangeran dari Kerajaan Jenggala, yaitu Raden Panji Asmarabangun dengan putri Dewi Sekartaji dari Kerajaan Kadiri.

Namun, keputusan untuk menikahkan Raden Panji Asmarabangun dengan Dewi Sekartaji ditentang oleh ibu tiri Dewi Sekartaji. Hal tersebut dikarenakan ibu tirinya itu menginginkan putri kandungnya sendiri yang menjadi Ratu Jenggala. Akhirnya, dia berencana untuk menculik dan menyembunyikan Dewi Sekartaji beserta ibunya yang bernama Candrawulan.

Suatu hari, Raden Panji datang ke Kerajaan Kadiri untuk melamar Dewi Sekartaji. Namun, Dewi Sekartaji sudah menghilang. Mengetahui hal itu, Raden Panji sangat kecewa. Namun, ibu tiri Dewi Sekartaji membujuknya untuk tetap melangsungkan pernikahan dengan digantikan oleh putri kandungnya, yaitu Intan Sari. Namun, Pangeran Panji langsung menolak usulan tersebut.

Pangeran Panji memutuskan untuk mencari Dewi Sekartaji dan ibunya. Dia lantas mengganti namanya menjadi Ande-Ande Lumut. Suatu hari, dia menolong seorang nenek yang sedang kesusahan bernama Mbok Randa. Akhirnya, Mbok Randa mengangkatnya sebagai anak angkat dan menyuruhnya tinggal di rumah bersamanya.

Ande-Ande Lumut di kemudian hari meminta ibu angkatnya itu untuk mengumumkan bahwa dia sedang mencari calon istri. Banyak gadis-gadis desa di sekitar Desa Dadapan bertemu dan melamar Ande-Ande Lumut. Namun, tidak seorang pun yang dia terima untuk dijadikan istri.

Sementara itu, Dewi Sekartaji dan ibunya berhasil membebaskan diri dari sekapan ibu tirinya. Mereka pun mengirimkan pesan melalui burung merpati untuk disampaikan kepada raja dari Kerajaan Kadiri. Mengetahui bahwa Dewi Sekartaji dan ibunya mengirimkan surat, Intan Sari dan ibunya segera melarikan diri.

Dewi Sekartaji sangat senang dan berniat untuk bertemu dengan Pangeran Panji. Namun, dia pun kecewa karena Pangeran Panji sudah pergi berkelana. Dia lantas memutuskan untuk berkelana juga mencari Pangeran Panji.

Suatu ketika, Dewi Sekartaji tiba di rumah seorang janda yang mempunyai tiga anak gadis cantik, yaitu Klenting Merah, Kelenting Biru, dan Klenting Ijo. Akhirnya, Putri Sekar pun mengganti namanya menjadi Klenting Kuning.

Kabar tentang Ande-Ande Lumut yang sedang mencari istri terdengar oleh keempat gadis cantik tersebut. Akhirnya, janda tersebut menyuruh anak-anaknya untuk pergi menemui Ande-Ande Lumut.

Mereka segera berangkat, tetapi hanya bertiga karena Klenting Kuning masih mempunyai pekerjaan rumah yang belum selesai. Mereka bertiga saling mendahului agar terpilih oleh Ande-Ande Lumut. Namun, di tengah perjalanan mereka sangat kebingungan karena harus menyeberangi sungai.

Tiba-tiba, muncullah pemuda bernama Yuyu Kakang. Dia menawarkan untuk mengantarkan mereka menyeberang. Namun, Yuyu Kakang mengajukan satu syarat. “Jika sudah menyeberangkan kalian, perbolehkan aku untuk mencium kalian bertiga”.

Pada awalnya, mereka sempat menolak. Namun, mereka pun terpaksa menyetujui persyaratan tersebut karena itu jalan satu-satunya.

Sesampainya di rumah Mbok Randa, mereka langsung memperkenalkan diri satu persatu. Melihat kedatangan ketiga gadis cantik tersebut, dia segera memanggil Ande-Ande Lumut. Namun, dia langsung menolak ketiga gadis tersebut.

Sementara itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya Kleting Kuning juga berniat datang ke Desa Dadapan untuk bertemu dengan Ande-Ande Lumut. Keinginan itu disampaikannya kepada ibu angkatnya. Kleting Kuning berangkat menyusul ketiga kleting lainnya.

Tibalah dia di tepi sungai. Dia pun merasa kebingungan untuk menyeberang. Lagi-lagi, Yuyu Kangkang datang menawarkan bantuannya. Sama seperti ketiga klenting sebelumnya, dia memberikan syarat harus bersedia untuk dicium. Klenting Kuning pun segera naik ke punggung Yuyu Kangkang.

Setelah mereka tiba di seberang, Kleting Kuning langsung membuka kotoran ayam yang dibungkus dengan daun pisang. Dia mengoleskannya di kedua pipinya. Yuyu Kangkang lantas menagih janji, tetapi Kleting Kuning segera memasang pipinya yang telah diolesi dengan kotoran ayam. Yuyu Kakang pun marah dan menyuruhnya segera pergi.

Ande-Ande Lumut menolak ketiga klenting karena telah dicium oleh Yuyu Kangkang. Tiba-tiba, Ande-Ande Lumut sangat terkejut melihat kedatangan Klenting Kuning. Mbok Randa sangat heran melihat sikap anak angkatnya itu. Banyak gadis-gadis cantik yang datang untuk melamar ditolaknya dengan berbagai alasan, tetapi melihat Klenting Kuning yang berpakaian sangat kumal dan badannya yang sangat bau malah disambut dengan wajah bahagia dan berseri-seri.

Akhirnya, Mbok Randa pun terdiam. Dia mengikuti Ande-Ande Lumut menemui gadis itu. Kleting Kuning terkejut sekali melihat Ande-Ande Lumut adalah tunangannya, Raden Panji Asmarabangun.

Akhirnya, Klenting Kuning langsung mengubah diri menjadi Dewi Sekartaji di depan semua orang. Orang-orang sangat terkejut melihat sosoknya yang sangat cantik. Ketiga kakak angkatnya pun sangat terkejut ketika mengetahui jika sosok yang selama itu mereka perlakukan dengan tidak baik ternyata Dewi Sekartaji.

Tak lama kemudian, mereka dikejutkan oleh Ande-Ande Lumut yang juga membuka dirinya. Dia tidak lain adalah Raden Panji. Kedua sejoli tersebut sangat bahagia karena dapat bertemu kembali. Akhirnya, Raden Panji langsung membawa Dewi Sekartaji ke Kerajaan Jenggala. Mereka pun segera melangsungkan pernikahan.

Akhirnya Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Jenggala dapat bersatu kembali.

Cerita Rakyat Nusantara

4. Rawa Pening (Jawa Tengah)

Rawa Pening (Fandy Aprianto Rohman/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International license).

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak yang sakti. Kesaktiannya ini membuat seorang menyihir jahat iri. Penyihir jahat menyihir anak itu, sehingga tubuhnya penuh luka dengan bau yang sangat menyengat. Luka-luka baru akan muncul ketika luka lama mulai kering.

Keadaannya itu menyebabkan tidak ada seorang pun yang mau berhubungan dengannya. Jangankan bertegur sapa, berdekatan saja orang tidak mau. Mereka takut tertular.

Suatu hari, anak ini bermimpi ada seorang wanita tua yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Dia pun berkelana mencarinya. Dia selalu ditolak oleh penduduk di setiap kampung yang didatanginya. Mereka merasa jijik dan mengusir anak ini.

Akhirnya, sampailah dia di sebuah kampung yang sebagian besar penduduknya adalah orang-orang yang sombong. Tidak banyak orang yang miskin di desa itu. Orang lain akan diusir atau dibuat tidak nyaman jika tinggal di sana. Hal ini mengusik hati anak kecil ini.

Dia berhasil masuk di kampung itu dalam sebuah pesta. Namun, orang-orang segera mengusirnya dan mencaci-makinya. Dia langsung diseret keluar.

Ketika dirseret, dia berpesan kepada orang-orang itu agar lebih memperhatikan orang lain yang kekurangan. Mendengar kata-kata anak itu, beberapa orang semakin marah, bahkan meludahinya sambil berkata, “Dasar anak setan buruk rupa!”

Anak itu merasa terluka dengan perlakuan orang-orang itu. Dia lalu menancapkan sebuah lidi di tanah dan berkata, “Tak ada satu pun yang bisa mencabut lidi ini dari tanah, hanya aku yang bisa melakukannya!”

Orang-orang meragukan ucapan anak tersebut. Mereka pun mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, tak seorang pun dapat melakukannya. Sampai beberapa hari lidi itu tidak dapat dicabut. Suatu hari, anak itu datang dan mencabut lidi itu secara diam-diam.

Namun, ada seorang warga yang melihatnya dan melaporkannya kepada warga yang lain tanpa sepengetahuannya. Mengalirlah mata air dari tempat lidi itu dicabut. Semakin lama, air itu semakin deras. Air menenggelamkan daerah tersebut, sehingga menjadi sebuah telaga yang kini bernama Telaga Rawa Pening.

Tidak ada yang selamat dari musibah itu, kecuali seorang wanita tua yang berbaik hati memberinya tempat tinggal dan merawatnya. Secara ajaib, penyakit kulit anak itu sembuh.

Namun, penyihir jahat yang telah menyihir anak itu tidak terima melihat kesembuhannya. Dia lantas kembali menyihir anak itu menjadi seekor ular besar yang memakai kalung genta di lehernya.

Konon, ular ini sering keluar dari sarangnya pada tengah malam. Setiap kali bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi klentang-klenting. Bunyi inilah yang membuatnya dinamakan dengan Baru Klinting. Kemunculan ular itu diyakini masyarakat sebagai tanda keberuntungan bagi nelayan yang belum mendapatkan ikan.

Kini, Telaga Rawa Pening menjadi objek wisata yang sangat populer di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.


Itulah artikel terkait “Kumpulan Cerita Rakyat Pendek” yang dapat kalian gunakan untuk referensi dan bahan bacaan. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

Rujukan

  • “Cerita Rakyat Sumatra Barat: Legenda Malin Kundang”. Indonesia Kaya. Diakses pada 3 Juli 2023.
  • “Kumpulan Cerita Rakyat Pendek Nusantara Terbaik Terpopuler”. Dongeng Cerita Rakyat. Diakses pada 3 Juli 2023.
  • “Legenda Rawa Pening”. Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra. Diakses pada 3 Juli 2023.
  • “Malin Kundang: Cerita Rakyat Anak Durhaka dari Sumatra Barat”. Museum Nusantara. Diakses pada 3 Juli 2023.

Penulis: Fandy Aprianto

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.